Di pantulan kaca senyumnya terlihat seperti joker, kenyataannya menggerakkan mulut saja pilih-pilih.
Dari pantulan sinar jemarinya yang panjang lincah bergerak, kenyataannya untuk mengetik beberapa kata pun ia pilih-pilih.
Dari sorot matanya tampak kehangatan yang sekilas bersahabat, kenyataannya untuk tampak dingin dan membisu pun ia tak segan.
Dari derap langkahnya, sepasang kaki yang panjang itu memaksakan untuk terus berjalan ke depan, tanpa menengok, tanpa sadar ia kelelahan.
Di depannya jalan pun bercabang, aliran sungai deras dengan sekoci kecil penuh sosok yang dapat menghangatkannya, atau jembatan gantung sepi
Jembatan akar gantung itu memang kusam, penuh lumut dan miring ke kanan, perlu keseimbangan dan kesabaran untuk melewatinya, dan kau enggan.
Langkahmu kian cepat menuju keramaian yang deras, sesak, hangat... lalu panas, dan bisingnya sungai, sesaknya muatan, kau pun terpejam.
Sungai itu seakan berkata, sejauh mana kalian bisa bertahan? Keramaian tidak bersifat selamanya, dan langkah yang kau pilih terlalu gegabah.
Jembatan gantung di kejauhan hanya bergoyang pelan, kosong, seperti menggeleng-gelengkan kepala atas keputusanmu yang terlalu mendadak.
Lalu dia di sekoci sesak itu hanya bisa terdiam ketika air mulai tumpah ruah dan menghempaskan penghuninya, kau pun hanyut tanpa arah.
Satu menit... dua menit... jemarinya menggapai-gapai permukaan, mulutnya kini benar-benar terbuka, tatapannya tidak lagi kosong. Telatkah?
Kemana sosok-sosok yang tampak memenuhi sekoci, sejauh penglihatan kau hanya dikelilingi arus, sekali lagi, apa yang telah kau pilih...
Dan dari atas jembatan, berdiri tegap sesosok perempuan yang pernah kau lewatkan. Keduanya saling bertatapan, sudah terlampau jauh rupanya.
Perempuan itu berkata,"aku selalu disini, tidak pergi, kaulah yang pergi terbawa arus." dan keduanya bertatapan kembali, lalu tertawa pilu.
Seringkali penyesalan selalu datang terlambat, dan mungkin setelahnya akan terlalu lelah tertawa karena pernah menangisinya.
"No matter how far the ocean between us, I still always look up to you."
Sosok pilu di sekoci itu semakin menjauh, dalam senyumannya yang terakhir pun ia berbisik lirih, tanpa sadar ia menangis, mereka menangis.
"Kita kuat... dan pastinya kita akan dipertemukan kembali dari jalan yang berbeda. Kita bebas.. waktu tidak pernah berhenti untuk kita."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar